Balige (Analisa)
Peserta Pertemuan Nasional Museum se-Indonesia melakukan kunjungan ke Museum Batak di Balige, beberapa waktu lalu. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melihat secara langsung museum yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Januari lalu.
"Kami senang sekali bisa menerima kedatangan peserta Pertemuan Nasional Museum se-Indonesia di Museum Batak ini. Sehingga mereka bisa melihat langsung bagaimana pengelolaan Museum Batak yang sekaligus juga menjadi lokasi mengenal Budaya Batak dan menikmati pemandangan Danau Toba nan indah dari museum ini," ujar Kepala Proyek Museum Batak, Masrina R Silalahi, baru-baru ini.
Pada Pertemuan Nasional Museum se-Indonesia yang dilaksanakan 2-5 Mei lalu di Medan, diikuti berbagai unsur. Diantaranya dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pendidikan Nasional. Kementerian Dalam Negeri, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kadisprov/Kab/Kota yang membidangi museum, Kepala Museum seluruh Indonesia, Asosiasi Museum dan yang terkait, Akademisi dan praktisi museum, konsultan serta ormas pemerhati museum.
Dijelaskan Masrina, pihaknya terus melakukan penambahan koleksi untuk Museum Batak sehingga pengunjung yang datang bisa lebih mengenal dan memahami Budaya Batak. Apalagi pada Museum Batak tersebut ditampilkan koleksi dari 6 puak diantaranya Batak Toba, Karo, Simalungun, Phakpak, Angkola dan Mandailing.
Saat peresmian, Pembina TB Silalahi Center, Letjen TNI (Purn) Dr TB Silalahi menyebutkan Museum Batak yang dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 5 hektar itu tidak hanya untuk pelestarian seni dan budaya Batak, tetapi juga sebagai daerah kunjungan wisata. Dimana pengunjungnya dapat menyaksikan panorama alam Danau Toba yang eksotis.
Fasilitas
Museum Batak dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya outdoor museum, kantor, ruang CCTV dan fasilitas penunjang museum seperti ruang laboratorium dan penyimpanan, ruang service dan ruang utilitas.
Juga terdapat ruang pamer indoor yang terdiri dari ruang pamer tetap, ruang pamer temporer, dan ruang pamer benda khusus, ruang audio visual dan ruang edukasi yang menunjang kegiatan museum. Untuk ini diterapkan sistem satu pintu akses digital untuk masuk dan keluar pengunjung.
Museum Batak dengan arsitektur khusus itu didominasi bahan modern dengan aluminium komposit bermotif Gorga. Fasilitas lain, Wi-fi dan audio visual dilengkapi dengan proyektor dan screen.
Selain itu fasilitas system informasi menyeluruh dalam perangkat TV layar sentuh juga dipersiapkan agar memudahkan setiap orang mencari data artefak museum di komputer. Juga system informasi dan hiburan dalam bentuk LED yang terdapat dibagian depan museum yang berukuran 4x6 meter.
Secara menarik, di depan Museum Batak ditampilkan taman miniatur Danau Toba ukuran 10x12 meter dengan sebuah patung Raja Batak terbuat dari bahan perunggu setinggi 7 meter sebagai ikon museum.
Direktur Museum Intan Mardiana yang ikut hadir dalam kesempatan kunjungan tersebut mengakui Museum Batak termasuk terlengkap dan modern. Apalagi mengingat letaknya yang jauh dari perkotaan.
"Saat ini di Indonesia terdapat 382 museum namun hanya sedikit yang benar-benar standar. Oleh karenanya kami akan melakukan akreditasi terhadap museum-museum yang ada. Karena sebuah museum dikatakan standar jika museum berfungsi sebagai educator, prevarator, konservator (pemeliharaan) dan curator atau orang yang benar-benar mengerti budaya," jelasnya.
Diakuinya, semua unsur tersebut ada di Museum Batak, namun masih perlu dilengkapi lagi. Sehingga dengan kondisi museum seperti Museum Batak ini, Indonesia sudah bisa bekerjasama dengan luar negeri baik untuk pameran maupun seminar.
Tampak puluhan peserta yang ikut dalam kunjungan tersebut menunjukkan kekagumannya. Apalagi mereka juga sekaligus berkunjung ke TB Silalahi Center dimana berbagai atraksi budaya Batak bisa disaksikan langsung berikut gambaran situasional kehidupan suku Batak pada umumnya. (Saur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar