Senin, 28 Oktober 2013

Kerajinan Tangan Dari Barang Bekas

Tanpa kita sadari banyak kreasi yang bisa kita lakukan dengan menggunakan barang-barang bekas yang mungin saja telah terbuang percuma di sekitar kita. Barang-barang bekas tidak selamanya menjadi barang yang tidak memiliki daya guna dan bernilai.

Pengelolaan sampah ini diawali keprihatinan atas dampak dari masalah sampah. Sebab, semakin lama sampah terus menumpuk karena lahan untuk pembuangan semakin berkurang.




Hal itu juga yang kami lakukan di Museum TB Silalahi Center. Dengan bimbingan Kepala Museum Ibu Duma Yanti Silalahi, karyawan TB Silalahi Center telah mengolah sampah bekas kemasan minuman mineral menjadi hiasan interior rumah berupa bunga plastik & kemasan minuman ringan (kaleng) menjadi asbak menarik serta gelang tangan.

Semoga informasi yang kami berikan bisa menginspirasi anda untuk membuat kerajinan dari bahan plastik dan kaleng bekas. Karena untuk ketersediaan bahan baku ini sangatlah melimpah, selain bisa mengurangi pencemaran lingkungan, anda juga bisa mendapatkan uang tentunya.
OK SELAMAT BERKREASI.. GO GREEN....

Kamis, 19 September 2013

Inang Sandra Niessen, Sang Maestro Tenun Ulos Batak

Sandra Niessen, perempuan berkebangsaan Kanada ini sangat fasih menjelaskan sejarah, teknik pembuatan, pewarnaan, dan filosofi dari setiap tahap pembuatan ulos.
Demi mengenal ulos, antropolog kelahiran Toronto 17 November 1954 ini terjun langsung ke wilayah Batak dan turun ke kampung-kampung dari Batak Toba, Simalungun hingga Karo. Keingin meneliti ulos ini didapatkan setelah membaca tulisan Philip Lumbantobing "The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God, 1962". 

Kecintaannya pada ulos telah membawanya selama 30 tahun mendalami secara ilmiah dan ulos menjadi subyek penelitiannya untuk meraih gelar doktor antropologi dari Universitas Leiden, Belanda.

Menurut Inang Sandra keunikan ulos dibandingkan tenun lain, karena teknik pembuatan tidak ada di tempat lain dan tentu saja kerumitan dalam proses pembuatannya. Hanya saja perkembangananya terus menurun sehingga banyak yang sudah tidak dibuat lagi oleh masyarakat Batak. Kondisi ini dinilai cukup memprihatinkan dan dikawatirkan generasi muda Batak tidak mengenal lagi warisan buaya leluhurnya.

Ketua Umum TB Silalahi Center, Masrina Silalahi sangat mengapresiasi usaha besar dan kecintaan Inang Sandra Niessen dalam meneliti sejarah ulos di Tanah Batak. Dalam pertemuan tersebut (Kamis, 19 September 2013) beliau mengungkapkan Museum Batak TB Silalahi Center sangat senang menjalin kerja sama dengan Sandara Niessen dalam mewujudkan pelestarian tenun ulos agar tidak punah ditelan zaman.

Sandra Niessen akrab bersama Ketua Umum TBSC Masrina Silalahi di Cafe Bunga Toba, Hotel Ompu Herti (19/09/2013


Pada kesempatan tersebut Inang Sandra Niessen menyerahkan buku tentang perjalanan beliau “Berkelana dengan Sandra” dan filim dokumenter “Rangsa ni Tonun” yaitu filim tentang sejarah teknik pembuatan ulos pada zaman dulu. Yang digarap langsung Sandra Niessen bersama rekannya MJA Nashir yang bekerja freelance sebagai penulis, fotografer, desainer grafis,, dan pembuat film.

Sebagai informasi, filim dokumenter “Rangsa ni Tonun” rencananya akan ditayangkan di Museum Batak TB Silalahi Center pada hari Minggu 6 Oktober 2013. Di harapkan masyarakat ikut menyaksikan dokumentasi warisan budaya Batak yang kita cintai ini.


Kita harapkan pertemuan singkat Inang Sandra Niessen dengan Ibu Masrina Silalahi ini menjadi langkah kecil menuju cita-cita luhur kita agar tenun ulos tradisional dapat terjaga dan menjadi kebanggaan orang Batak khususnya generasi muda agar ikut serta melestarikan budayanya.

Horas Ulos Batak, Horas Inang Sandra...!!!

Rabu, 28 Agustus 2013

Pameran Arsip “Tanah Batak Dalam Lintasan Sejarah 1840 – 1953”




Pada hari ini, Rabu 28 Agustus 2013, TB Silalahi Center bekerja sama dengan ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) mengadakan pameran yang bertajuk “Tanah Batak Dalam Lintasan Sejarah 1840 – 1953”. Yaitu pameran yang menyajikan berupa arsip foto dan tekstual yang berkaitan dengan sejarah dan warisan yang berkembang di seputar  Tanah Batak. Sejumlah 100 (seratus) khasanah arsip dipamerkan pada acara tersebut, yang setelah selesai pameran akan diserahkan dan menjadi milik Museum Batak TB Silalahi Center.



Pameran  tersebut dibuka secara langsung oleh Bupati Toba Samosir Bapak Pandapotan Kasmin Simanjuntak yang didampingi para pejabat daerah lainnya, antara lain Wakil Bupati Toba Samosir Bapak Liberty Pasaribu, Ketua DPRD Toba Samosir  Bapak Sahat Panjaitan, Kadis. Kebudayaan & Pariwisata Toba Samosir.


Dalam sambutannya Bupati Toba Samosir dan Ketua Umum TB Silalahi Center  sangat berterima kasih kepada ANRI atas partisipasinya menyelengarakan Pameran Wawasan Kebangsaan, khususnya Sejarah & Warisan di Tanah Batak.  Dan berharap acara pameran ini dapat berlanjut pada kesempatan yang akan datang.Tidak lupa Pejabat-pejabat Daerah Toba Samosir dan ANRI saling bertukar cenderamata.

Selasa, 23 Juli 2013

Peresmian Galeri Perjuangan Sisingamangaraja XII di Museum Batak TB Silalahi Center





Tanah Batak adalah salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki sejumlah keunikan dan sejarah yang menarik. Salah satunya adalah sejarah perjuangan raja Batak yaitu Sisingamangaraja XII. Sejarah perjuangan Raja Batak dan pahlawan nasional dari tanah Toba, Sumatera Utara, melawan penjajahan Belanda kini dituangkan dalam bentuk galeri dan lukisan. Galeri yang dinamai The Battle Of Sisingamangaraja XII.  Galeri ini terletak di lantai II Museum Batak di TB Silalahi Center, Balige, Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

Peresmian galeri ini dilaksanakan dengan menghadirkan keturunan Raja Sisingamangaraja XII,  yakni Raja Tonggo Sinambela, yang dihadiri keluarga besar Sinambela dari Bakkara dan cicitnya yaitu  keturunan dari boru juga hadir pada momen penting itu.

Acara tersebut diramaikan dengan pertunjukan kesenian yaitu termasuk tor-tor, martumba, dan lagu-lagu perjuangan Bangsa Batak, permainan hasapi dan operet yang menggambarkan sejarah perjuangan Sisingamangaraja XII. Dalam drama mini yang ditampilkan tersebut digambarkan bagaimana sang pahlawan melakukan perlawanan dan melumpuhkan penjajahan Belanda. Bahkan, ia juga tertembak saat melakukan perlawanan kepada penjajah. Namun tidak mengalami luka berarti. Disampaikan juga, bahwa sebelumnya Sisingamangaraja XII pernah berlatih perang ke Aceh selama 15 tahun. "Juga belajar agama Islam di sana, tapi dia bukan penganut agama Islam. Raja Sisingamangaraja XII selalu mengakui bahwa dia adalah pemimpin satu agama, Parmalim," ujarnya. Dan disampaikannya juga, dalam stempel Sisingamangaraja XII ada aksara batak dan sebagian ada tulisan Arab. Yang artinya "Akulah Sisingamangaraja Dari Bakkara", dan pulang dari Aceh, dibawa 31 pengawal yang notabene adalah orang Aceh. Sebagai pertanda Raja Sisingamangaraja adalah raja sekaligus pemimpin agama, disebut "Raja Bolon Ulubalang". Yang ditandai dengan ikatan penutup kepala dengan kombinasi warna merah, dan putih. Meliuk di kepala seperti sebuah sanggul, menutup kepala.

Pada saat peresmian galeri ini, TB Silalahi selaku Ketua Dewan Pembina TB Silalahi Center dan pendiri Museum Batak memeberikan penjelasan bahwa kehadiran galeri ini sangat penting menjadi pengetahuan berharga bagi generasi muda memahami bagaimana besarnya jasa pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan. Dan tujuan galeri ini juga agar generasi muda Batak memiliki kebanggaan terhadap jati dirinya sebagai orang Batak, memiliki pahlawan yang patut dibanggakan dengan jiwa patriot dan pantang menyerah.
Disampaikan juga adanya satu lukisan perjuangan Sisingamangaraja dalam ukuran besar, dan dilukis pelukis ternama dari China. Dan langsung dihadirkan di Sumatera Utara untuk melihat langsung kondisi Balige. "Ku bawa dia (pelukis) keliling asal usul perjuangan bangsa Batak," ujarnya. Kemudian, dalam proses melukis, Bapak TB Silalahi banyak menceritakan perjuangan raja batak itu kepada sang pelukis. "Lukisan ini berbiaya Rp 1,5 miliar, dan menjadi lukisan kedua tentang Raja Sisingamangaraja XII," ujarnya. Disinggungnya dengan pemberian nama galeri
 dalam bahasa Inggris, karena ia berharap dengan demikian, galeri tersebut akan mendunia, mengikuti arus globalisasi.